CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 29 Oktober 2010

♥_♥ Had!ah Terakh!r ♥_♥

oleh LuLü Sañg ÌlåläNg pada 24 Juli 2010 jam 11:47


“Bang... liat apa yang ummi bawa ni”. Ustazd muda yang tengah tenggelam dalam pembacaannya itu menoleh separuh terkejut. Isterinya menghampirinya seraya menghulurkan sebungkus plastik hitam berisi kotak. Sejenak dia memandang isterinya dengan penuh tanda tanya, sementara isterinya hanya tersenyum kecil membalas pandangan suaminya yang tercinta.

“Apa ni ummi”. “Untuk abanglah... buka dan liatlah isinya”. Segera ia membuka bungkusan itu dengan penuh rasa ingin tahu. Sepasang sandal kulit baru. Tertegun ia sejenak. “Ummi liat sendal abang dah rusak. jadi ummi belikan yang baru ni. Nanti abang pakai untuk sholat hari raya idhul adha ya bang ....” kata isterinya dengan mata bersinar penuh harapan.

Tersentak rasa hatinya... rasa haru menyusup kesegenap jiwa sudut jiwanya. Dalam keadaan ekonomi yang sebegini, isterinya masih sempat mempergunakan uang belanja untuk membelikan sesuatu yang memang sangat dia perlukan. Sandalnya memang sudah waktunya untuk diganti. Sudah dua kali terputus. Yang terakhir, waktu ia memakainya kemarin, tali sandalnya yang kanan hampir terputus. Terpaksalah dia menjinjit sandal itu dan pulang dengan kaki kanannya berkaki ayam. Padahal, waktu itu panas terik dan Ya Allah, panasnya sampai terasa hampir melepuh telapak kakinya. Keinginan untuk menggantikan dengan yang baru memang ada, tetapi ia singkirkan sementara. gakpapa.. masih bisa dibaiki... gumamnya sendiri. Tetapi sebetulnya bukan itu sebab utamanya, melainkan kerana masalah keuangan yang belum ada. Banyak lagi keperluan lain yang perlu dipenuhi. Apalagii saat ini mereka sedang menantikan kehadiran anak pertama. Isterinya sedang hamil sembilan bulan.. tinggal nunggu harinya.

“Bagus ummi.. tentu harganya mahal ya?..” “Jangan fikirkan soal harganya, gak ada salahnyakan sekali sekali membelikan sesuatu yang terbaik untuk abang”. “Terima kasih yea ummi...” katanya gembira sambil memeluk isterinya penuh kasih.

Ustazd muda itu merasagelisah. hari ini,sudah 7 hari isterinya ditahan di kamar pasien. Menurut doktor keadaan isterinya sangat lemah dan dikhuatiri akan menghadapi masalah pada saat melahirkan nanti. Pagi tadi air ketubannya pecah dan sedari pagi ia tidak beranjak dari sisi isterinya. Hatinya berdebar kencang tidak menentu. Apabila ia menatap wajah isterinya, batinnya tersentuh haru. Isterinya terbaring lemah, matanya terpejam rapat, nampak kurus dan pucat. Berbeda dengan kerudung labuh berwarna biru muda yang dipakainya. “Tapi kau masih tetap nampak cantik, Mi..” bisik hatinya.

Sementara itu sayup-sayup terdengar suara takbir dikumandangkan. Tiba-tiba isterinya membuka mata. Senyumannya menghiasi wajahnya bila terlihat sang suami disisi.

“Pukul berapa sekarang bang?... tanya isterinya lirih. “Hampir pukul 12. Gimana keadaanmu, Ummi?”. “Tak sabar rasanya ingin dengar tangisan anak kita bang...”. “Sabarlah... InsyaAllah, semuanya akan berjalan dengan lancar”. “Amin...” jawab isterinya lemah. “Bang,besok Hari Raya Idhul adha kan?”. “Ya.. tu suara takbir kedengaran”. “Sebaiknya abang balik dulu, istirahat dirumah. Besokkan abang bisa berkhutbah di Hari Raya. Jangan risau tentang Ummi. Abang pun harus jaga kesehatan... kurang tidurkan sejak akhir-akhir ni, nanti abangpun jatuh sakit”.

Abang rasa, abang mau orang lain yang gantiin jadi Khatib besok, abang akan memberitahu Pengerus Masjid pagi esok mengenai hal ni... penggantinya pun udah ada”. “Jangan bang... Ummi minta tolong bang, jangan batalkan..”. “Tapi gimana dengan Ummi?”. “Jangan risau tentang Ummi. Seperti yang abang katakan tadi, insyaAllah, semuanya akan berjalan dengan lancar. Ummi pun dah ngrasa lebih baek. Ummi harap abang tetap dapat melaksanakan tanggungjawab abang dengan baik. Ummi akan kecewa kalau abang batalkan.”. “Tapi, siapa akan menjaga Ummi?”. “Bukankah semua telah kita serahkan kepada Allah Ta Ala Dialah sebaik-baik penjaga dan pemelihara makhlukNya”. “Baiklah”. Ustazd muda itu akhirnya mengalah. “Alhamdulillah.. doakan anak kita sehat dan selamat ya bang..”. “Sudah tentu Ummi”. “Satu lagi bang... sandal yang Ummi belikan besuk dipakai ya...”. Dia hanya mampu tersenyum dan mengangguk. Mata isterinya yang berkelopak cengkung itu kembali bersinar.

Hanya tinggal beberapa orang jamaah yang masih berada di masjid itu. Ustaz muda itu merasakan sesuatu yang dingin meresap dalam hatinya. Kegelisahan yang sejak beberapa saat tadi terasa mencengkam, enggan menyingkir dalam dirinya, kini hilang dan terasa ringan beban pikirannya. Doanya khusyuk dan saat ia berdoa khusus untuk isterinya dan bayi yang bakal lahir, tanpa terasa matanya basah. Basah oleh kedamaian yang menguasai jiwanya. Kemudian dia bangkit perlahan-lahan. Suasana perkarangan masjid telah sepi. Ketika dia melangkah keluar, tertegun sesaat lamanya. Eh, mana sandalku?. Sibuk dia mencari di segenap sudut. Tadi dia meletakkan sandalnya di sini, di sudut ini. Tapi gak ada juga. Yang tinggal hanya 3 pasang sendal yang rusak.

“innalillahi wa inna ilaihirajiu’un.” Gumamnya lirih setelah beberapa lama mencari tapi nihil. “Ada apa ustazd?”. Tanya salah seorang pengurus masjid yang kebetulan berada tidak jauh darinya. “Saya cari sandal saya.. tapi gak ketemui. Tadi rasanya saya taruh di sini, mungkin tertukar...”. “kayak apa sandalnya”. “Sandal kulit, masih baru. Baru sekali ni pakai”. “Itu bukan tertukar ustazd, tapi sengaja ditukar. Kemungkinan besar tak dapat kembali lagi ustazd”.

“Ustazd muda itu hanya dapat manarik nafas panjang. belum rezeki. Bukan miliknya... gumamnya sekadar menghiburkan hati. Kesedihannya bukan kerana hilangnya sandalnya itu tetapi lebih tertuju kepada isterinya. Bagaimana bersinarnya mata isterinya ketika memberikan sandal itu dan meminta untuk memakainya pada solat Aidul Adha ini tergambar kembali dengan jelas. Rasanya tak sanggup ia menatap wajah teduh isterinya nanti ketika ia menjelaskan bagaimana nasib sandal pemberiannya itu. Paling tidak, isterinya pasti hanya akan tersenyum nipis sambil mengucapkan pasrah “gakpapa... lain kali kalau ada rezeki lebih, InsyaAllah kita beli lagi”. Tapi justeru itulah yang akan membuatkannya tidak sampai hati.

Ketika dia sampai di depan rumahsakit,pamannya sudah ada di sana, menyambutnya lalu mengajaknya duduk di bangku panjang. Perasaannya tidak menentu. Dari tutur kata dan sikapnya, ia mempunya firasat bahawa sesuatu telah terjadi kepada isterinya. Dan ternyata benar.

“Isterimu telah kembali ke Rahmatullah nak” ujar pamannya lirih nyaris tidak kedengaran. Tapi baginya umpama suara guruh yang menyambar telinganya. “Lebih kurang pukul delapan pagi tadi”.

“Innalillahi wainna ilaihi raji’un,” desisnya dengan hati yang pedih. Dia tidak kuasa lagi menahan air matanya dari jatuh. Pamannya mencoba menenangkannya. “Tapi Alhamduilillah bayinya dapat diselamatkan...”. “gimana dengan keadaannya?’ “ Baik, gemuk dan sehat...tangisannya pun kuat”. Alhamdulillah.. “ini ada pesanan dari isterimu” kata pamannya sambil menyerahkan sepucuk surat yang telah lusuh.

Bismillahhirrahmanirrahim...
Abang tersayang,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Rabb Pencipta Alam atas rahmat, nikmat dan kurnianya. Selawat dan salam untuk Rasululllah Shollalloh hu Alaihi Wassalam, keluarga, sahabat dan pengikutnya.
Abang,
Ummi tidak dapat menulis panjang. Ummi merasa semakin lemah... dan rasanya waktu Ummi semakin dekat. Ummi selalu berdoa agar anak kita lahir selamat dan tidak kurang satu atau apa pun. Kalau nanti ia lahir selamat dan Ummi tidak sempat menjaga dan membesarkannya, Ummi redha. Sebab Ummi yakin, InsyaAllah abang akan mengasuhnya seperti yang abang harapkan. Ummi tinggalkan anak itu kepada abang...
Abang,
Ummi minta ampun dari hujung rambut sampai hujung kaki kiranya Ummi pernah melakukan kesalahan sama abang selama kita bersama. Halalkan makan minum Ummi... dan redhalah atas kepergian Ummi ini...
Abang,
Sandal yang Ummi hadiahkan itu Ummi beli dari Ukhit Hasanah, masih nyicil pembayarannya..Kalau ternyata Ummi tidak sempat membayarnya, tolong abang bayarkan untuk Ummi ya.

Semoga Allah senantiasa melindungi dan merahmati kita. Amiin... Wassalam Ummi...

Kertas lusuh itu basah dengan airmatanya. Rupanya isterinya telah merasa dirinya akan menghadap ilahi. Dilipatnya kembali surat terakhir itu. Tak sempat mendengar kata-kata yg lembut dari isterinya saat memberitau sandalnya yang hilang itu seperti yang dibayangkan. Teringat ia akan sabda Rasulullah Shollalloh hu Alaihi Wassalam: jihadnya wanita itu adalah saat ia melahirkan.

Sungguh beruntung engkau, Ummi. Kesedihannya perlahan tersingkir oleh rasa syukur dan bangga terhadap isterinya. Isterinya pergi setelah menyelesaikan kewajiban yang paling mulia bagi seorang wanita, iaitu melahirkan seorang bayi yang masih suci dan bersih.

InsyaAllah akan selalau kujaga amanahmu ini, bisiknya seperti memperoleh kekuatan baru. Selamat jalan mujahidahku...!!

♥Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan
menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.

♥ Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.

♥ Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.

1 komentar:

El Nahlu

masya Allah,, tersentuh hati ini ketia membaca nya,,,

semoga di berikan terbaik baik kita semua,, apa pun cobaan yang diberikan-Nya kita dapat menerimanya dengan ikhlas dan sabar . .. . . .

:)

Posting Komentar